Pagi ini aku berencana menantang matahari. Aku ingin melihat matahari terbit.lagi, seperti dulu ketika kau masih di Desa. Detik demi detik berlalu, aku terus menikmati setiap rangkaian waktu yang berlalu. Aku seperti tak ingin melewati satu moment pun. Bahkan awan yang merangkak perlahan pun tak luput dari penglihatanku. Saat itu, aku berpikir bahwa aku harus seperti matahari. Kalau matahari bisa menyinari seluruh bumi dan isinya, kenapa aku tidak bisa. Paling tidak untuk orang yang ada disekelilingku.
Menunggu memang menyebalkan. Tapi aku rasa tidak untuk saat ini. Aku rela kalau harus menunggu sampai berjam-jam untuk menantikan matahari terbit. Yups, saat itu aku memang sedang menunggu matahari terbit. Aku ingin menikmati setiap keindahan goresan tinta yang terlukis lewat keindahan alam yang satu ini. Dan hal itu mengingatkan aku pada sosok yang kucintai. Hingga aku lupa bahwa mataku sedang menatap, menantang matahari. Aku lupa untuk beberapa saat lamanya. Tapi saat aku kembali menatap matahari. Kulihat warna keemasannya sudah nampak terlihat. Warna keemasaannya yang begitu kuat seakan mengesankan bahwa ia makhluk yang kuat tak terkalahkan. Semua memberikan arti bahwa hanya ia didunia yang mampu menyinari makhluk Tuhan, khalifah buni yang tidak berdaya. Melihat warna emasnya saja, sudah membuat nyaliku menciut. Hmme., sungguh pengecut. Ups., bukan. Aku bukanlah pengecut, aku hanya belum berani untuk menantang makhluk Tuhan yang mengabdikan dirinya untuk senantiasa beribadah dengan menyinari bumi. Tapi seketika sifat sombong manusia singgah dalam hatiku. Bukankah malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada manusia. Dan bukankah manusia adalah khalifah di bumi, jadi untuk apa nyali sang khalifah harus menciut kala melihat matahari. Dan itu berarti manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling kuat.
Ku angkat kakiku untuk segera beranjak dari tempat dudukku. Aku mencari tempat yang lebih tinggi untuk dapat melihat matahari. aku yakin pagi ini matahari sudah terbit, hanya mungkin terhalang gedung di hadapan ku. Ku lihat jam di Hp ku, sudah menunjukkan jam lima lewat tiga puluh enam. Aku menaiki pagar pembatas di teras lanttai dua. Yups., dan ku lihat matahari menyembul dari sana, dari balik awan mendung yang menyamarkan cahayanya. Aku hanya melihat matahari seperempat bagian saja, yang lainnya masih tertutup awan gelap. Tapi hatiku kembali beringsut, entah kenapa ada perasaan malu dalam hatiku. Aku malu ketika matahari melihatku. Aku merasa saat ini matahari sedang menertawakanku, menghinaku, bahkan mengejekku dengan bahasanya yang tak ku mengerti. Ku cari kesombongan dalam hatiku untuk terus menatap matahari, tak juga ku temukan. Ku tatap cahaya yang semakin kuat. Awan yang menutupi cahayanya perlahan-lahan berjalan menjauh, dan itu semakin menampakkan warna keemasannya. Mataku lemah, aku tak bisa terus menatap matahari. Tapi untuk terakhir kali. Aku ingin menatap matahari sebelum aku beranjak meninggalkan tempatku berdiri. Ku tarik nafasku dalam-dalam. Ku rasakan udara pagi kota Surabaya yang masih terasa segar. Ku buka mataku perlahan, ternyata matahari sudah nampak secara keseluruhan. Entah apa ini., terbersit perasaan aneh dalam hatiku. Entah apa aku sendiri tak tahu. Yang jelas aku merasa seperti di telanjangi oleh matahari. Padahal hanya rambutku yang terlihat. Tapi melihat matahari menatapku tajam dengan cahayanya emasnya, membuatku seakan tak ada satu helai benangpun yang menutupi tubuhku. Seperti matahari adalah makhluk yang paling besar, padahal ia tak ada sejengkal dari kepalan tanganku. Ku raba hatiku, perasaan apa yang tengah aku rasakan kini. Ya Allah semoga ini bukan pertanda yang buruk. Amiiin….
Addunya mata'un,wa khaiyru mata'iha al Mar'atus Shalihah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)








bahasa khas seorang penghobi novel. semoga mimpi menjadi seorang penulis segera terwujud. Jangan ragu untuk menunjukkan karya pada orang, krn. sering pikiran diri sendiri yang menghambat terwujudnya mimpi kita.
BalasHapuskereeeen.. ditunggu postingan berikutnya sob.. :) jgn lupa comment di blog ane yee... www.sasipean.blogspot.com
BalasHapusNice writing....terus berkarya...gali potensi diri anda.....semoga bisa menjadi salah satu penulis besar :D
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Hapusawesome, karena anda berbeda..^^
BalasHapuskeep writing mbk miir..^^9
subhanallah,.. sipp bget... :)
BalasHapusBahasanya lancar dan sederhana.
BalasHapusTulisan ini murni fiksi atau berdasar pengalaman pribadi? Kalau fiksi, barangkali bisa dikembangkan lagi kenapa 'AKU' di bagian akhir merasakan perasaan tidak nyaman pada MATAHARI. :)
bagus... like
BalasHapusApiik..
BalasHapus